Staf Ahli Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Priambodo mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan pelemahan rubel serta kecenderungan krisis yang dialami Rusia saat ini. "Rusia pasti membuka pintu untuk bekerja sama dengan siapa pun, termasuk soal minyak," kata Bambang kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2014.
Menurut Bambang, jatuhnya harga minyak dunia yang memukul perekonomian
Rusia menjadi kesempatan emas untuk pasokan energi Indonesia. Indonesia,
kata Bambang, bisa memulai negosiasi pembelian minyak mentah dengan
harga rendah dari Rusia secara langsung. "Ini bisa berjalan di luar
negosiasi yang sedang berlangsung dengan Angola," ujarnya.
Namun, kata Bambang, potensi krisis ekonomi yang menghantui Rusia tidak akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Secara temporer, kenaikan suku bunga di Rusia memang turut membuat kurs rupiah jeblok. "Tapi apa yang terjadi di Rusia tidak akan langsung berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Namun, kata Bambang, potensi krisis ekonomi yang menghantui Rusia tidak akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Secara temporer, kenaikan suku bunga di Rusia memang turut membuat kurs rupiah jeblok. "Tapi apa yang terjadi di Rusia tidak akan langsung berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Adapun pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih,
mengatakan keterpurukan ekonomi Rusia mempengaruhi Indonesia secara
tidak langsung. Sebab, kata Lana, ada kemungkinan ekspor batu bara akan
anjlok jika Rusia dihantam krisis. Begitu pun dengan pasokan dan harga
minyak dunia yang terpengaruh gonjang-ganjing ekonomi Rusia.
Menurut Lana, untuk saat ini Indonesia hanya bisa mengikuti arus dalam menghadapi dampak krisis Rusia. Dalam jangka menengah, kata Lana, Indonesia harus dapat mendiversifikasi ekspor, khususnya pada sektor nonminyak dan gas, agar gejolak harga komoditas akibat krisis Rusia tidak terasa dampaknya.
Menurut Lana, untuk saat ini Indonesia hanya bisa mengikuti arus dalam menghadapi dampak krisis Rusia. Dalam jangka menengah, kata Lana, Indonesia harus dapat mendiversifikasi ekspor, khususnya pada sektor nonminyak dan gas, agar gejolak harga komoditas akibat krisis Rusia tidak terasa dampaknya.
Lana mengatakan kondisi ekonomi Rusia saat ini sangat kritis. Selain
disebabkan harga minyak yang anjlok, keterpurukan ekonomi Rusia bisa
semakin parah akibat tekanan negara-negara Barat. Kini, bank sentral
Rusia terpaksa menaikkan suku bunga acuan dari 10,5 persen ke 17 persen
demi mengerek kurs rubel yang jeblok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar